Kamis, 02 Juni 2011

Kecemasan Ibu Menanti Persalinan


Persiapan Persalinan 
Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus berisiko. Tidak mengherankan, calon ibu yang akan melahirkan pertama kali diselimuti perasaan takut, panik, dan gugup.
Perasaan takut dan cemas sedang melanda Rika, 28, menginjak usia kehamilan enam bulan. Sebelumnya, calon ibu muda ini merasa senang dan antusias menjalani kehamilan karena menjadi dambaan bersama untuk memiliki momongan. Perasaan bahagia semakin bertambah karena “penyakit” morning sickness sudah berhasil dilewati.
Namun, akhir-akhir ini perasaan bahagia tersebut berbalik menjadi
perasaan cemas dan takut. Ujung pangkal perasaan takut dan cemas
bermula saat dia membaca buku-buku mengenai proses persalinan.
“Dalam buku tersebut digambarkan secara jelas bagaimana cara membantu
proses mengeluarkan bayi. Di situ juga digambarkan gunting yang
digunakan untuk membantu proses tersebut,” cerita Rika dengan
mengernyitkan muka.
Perasaan takut dan cemas merupakan hal yang wajar dirasakan, apalagi bagi calon ibu yang mengandung anak pertama. Hal yang sama dirasakan oleh Nurul Dewanti, 28, ketika mengandung buah hati pertama yang lahir
empat bulan lalu.
Nurul mulai merasakan perasaan takut dan cemas kala memasuki usia
kandungan 7-8 bulan. “Karena sering mendengar dari cerita teman serta saudara yang sudah pernah melahirkan dan merasakan sakit luar biasa. Perasaan takut dan tidak percaya diri membayangi apakah proses persalinan bisa berjalan lancar,” papar Nurul.
Untungnya, perasaan takut dan cemas tidak berlangsung lama. Berkat
dukungan suami tercinta dan pemahaman atas informasi kesehatan,
akhirnya Nurul berhasil menjalani masa kehamilan dan melahirkan
melalui proses normal.
Wanita hamil yang siap secara fisik dan mental akan menjalani proses
kehamilan hingga proses persalinan dengan lancar. Permasalahannya
tidak semua wanita siap secara fisik dan mental.
Perasaan cemas dan takut yang dialami kedua ibu dan calon ibu muda
itu, menurut psikolog dari Universitas Padjadjaran Dra Sri Rahayu
Astuti Msi, disebabkan beberapa faktor. Pertama, ketakutan karena
sering mendengar cerita mengerikan dari kerabat atau teman tentang
pengalaman saat melahirkan bayi pertama.
Adapun penyebab kedua, ada teman atau kerabat calon ibu saat proses kelahiran mengalami kenyataan yang tidak diinginkan,seperti sang ibu atau bayi yang dikandung meninggal. Keadaan ini tentu saja bisa memengaruhi psikologis calon ibu dan mulai berpikiran tentang proses melahirkan yang menakutkan.
“Bagi calon ibu yang mengandung anak pertama, biasanya mengalami
perasaan seperti ini dan semakin meningkat saat usia kehamilan makin
bertambah mendekati proses kehamilan,” ucap Sri.
Selain usia kehamilan, usia ibu saat mengandung pun memberi dampak
terhadap munculnya perasaan takut dan cemas. Jika wanita saat
mengandung di bawah usia 20 tahun, kecenderungannya belum mengalami kematangan emosi. Untuk golongan usia 20-an juga rentan mengalami perasaan ini.
Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul dalam pikiran ibu. Takut bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya lama, dan sebagainya. Terlebih bila sebelumnya ada teman atau kerabat yang menceritakan pengalaman bersalin mereka, lengkap dengan komentar yang menyeramkan. Alhasil, bukannya tenang, ibu yang hendak melahirkan jadi tambah cemas.
Kecemasan ini, walaupun tanpa disertai bumbu cerita dari kanan-kiri, menurut dr. Okky Sofyan, SpOG, dari RS Bunda Jakarta, tetap merupakan hal yang umum dan wajar.
Apalagi jika persalinan pertama. “Selain manusia tidak lepas dari rasa khawatir, calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan nanti. Jangankan persalinan pertama, persalinan yang kelima pun masih wajar bila ibu merasa khawatir.”
Puncak kekhawatiran muncul bersamaan dengan dimulainya tanda-tanda akan melahirkan. Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun bertambah. Pada kondisi inilah perasaan khawatir, bila tidak ditangani dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang diperkirakan lancar, berantakan akibat ibu panik.
Senada dengan Okky, psikolog Nungki Nilasari, S.Psi., dari RSB Permata
Hati, Bekasi, mengungkapkan, kekhawatiran ibu berasal dari tidak
adanya bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin nanti.
Bayangkan saja, sekitar 12-16 jam ibu harus menahan rasa sakit yang
lama-kelamaan makin meningkat. “Ketidaknyamanan sebelumnya,ditambah rasa sakit saat kontraksi, bisa membuat ibu sangat khawatir,” ungkap psikolog yang mempraktekkan hypnobirthing saat persalinan anak pertamanya.
Seringkali, tutur Nungki, ibu jadi panik ketika menghadapi rasa sakit,
sehingga tidak bisa menahan rasa sakitnya. Padahal, yang dibutuhkan
saat itu adalah hormon endorphin untuk menetralkan rasa sakit, dan
oksitosin untuk memperkuat kontraksi yang muncul saat relaks.
Kekhawatiran yang teramat sangat pun bisa membuat otot-otot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja berlawanan arah, karena dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir menyempit dan proses persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan. Bahkan bisa sampai terhenti.
Kekhawatiran-kekhawatiran ini kadang tidak berhenti begitu persalinan
berakhir, melainkan berlanjut hingga setelah melahirkan. Terbukti,
seringkali muncul pertanyaan-pertanyaan seperti, “Gimana bayi saya,
Dok? Sehat atau tidak? Apakah anggota tubuhnya lengkap?”
Apalagi bila ibu mengalami perdarahan, wajar bila ada kekhawatiran
tersendiri, “Akankah terjadi infeksi? Berapa banyak robeknya? Dijahit
berapa banyak?” Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan wujud dari
kekhawatiran si ibu.
Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialami semasa persalinan. Kecemasan tersebut muncul karena bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan, walaupun apa yang dibayangkan belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik dan psikologis.
Daftar pustaka
Kartono K, 1992, Psikologi Wanita Jilid II : Mengenal Wanita Sebagai
ibu dan Nenek. Bandung : Mandar Maju.
dr. Okky Sofyan, SpOG, 2007, Artikel Masalah Persalinan. RS Bunda Jakarta.
Sheila Kitzinger, 2008, Birth Crisis, www. Sheila Kitzinger.com.
Nungki Nilasari, S.Psi., Artikel Kekhawatiran Ibu Bersalin. RSB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar